Fried Chicken vs Ayam Panggang Klaten
Nasi putih, ayam goreng tepung, saos tomat dalam kemasan ,
ditambah dengan kentang goreng menemani santap siang sebuah keluarga di sebuah
rumah makan siap saji di kota Klaten. Fast food, begitulah masyarakat kita
biasa menyebut menu makanan seperti itu. Di negara asalnya menu seperti itu
malah disebut junk food (makanan sampah) malah ada yang menyebutnya ayam goreng
tanpa rasa. Sedikit sadis memang namun itulah kenyataannya. Kandungan hormon kimia
pada ayam broiler yang dipakai, tepung yang digoreng , yang tentu saja akan
menambah asupan lemak kita, saos yang mengandung pengawet, serta tidak adanya
sayuran pada menu tersebut pasti akan membuat sebagian orang yang peduli
kesehatan enggan memakannya. Namun ini bukan soal nutrisi atau kesehatan tetapi
ini soal gaya hidup. Makan fast food bisa membuat orang terasa “naik kelas”.
Berbeda dengan “fried chicken” atau ayam goreng tepung, Ayam
Panggang Klaten memiliki citarasa yang khas, dan tentu saja tidak mungkin
disebut “fast food” karena perlu proses pemasakan yang tidak sebentar. Ayam panggang khas Klaten memakai ayam
kampung dere atau ayam yang belum pernah bertelur.Tidak terlalu tua
sehingga dagingnya masih cukup empuk saat digigit. Supaya bumbu-bumbunya
meresap ayam ini perlu diungkep dulu . Yang spesial, ayamnya dilumuri dengan
santan sehingga rasanya benar-benar gurih. Ayam itu dipanggang dengan
menggunakan arang tempurung kelapa untuk
menghasilkan pembakaran yang sempurna. Bara apinya merata secara konstan
sehingga menghasilkan pembakaran yang sempurna dan asap yang dihasilkan sangat
sedikit. Menu ini biasa disajikan dengan sambal dan lalapan sebagai pelengkap.
Ayam kampung sebagai bahan dasar Ayam Panggang Klaten disukai
orang karena dagingnya
yang kenyal dan "berisi", tidak lembek dan tidak berlemak sebagaimana ayam
broiler. Nutrisi yang
terkandung pada masakan
ini juga cukup tinggi. Dagingnya mengandung 19 jenis protein dan asam amino
yang tinggi. Bagian Daging dada ayam ini termasuk makanan utama atlet binaraga.
Selain itu karena Ayamnya dipanggang kandungan lemaknyapun rendah tidak seperti
ayam yang digoreng.
Sayangnya jika Anda bertanya kepada orang Klaten banyak yang
tidak tahu tentang Ayam Panggang Klaten bahkan jika Anda berkeliling kota
Klaten sangat jarang rumah makan atau warung yang menjual menu ini. Di pusat
kota Klaten sepengetahuan Saya hanya ada tiga tempat yang menjual menu ini. Semoga
di waktu yang akan datang Ayam Panggang
Klaten bisa lebih dikenal dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Bersama-sama mari kita lestarikan warisan kuliner nusantara.
Add caption |